Rabu, 21 November 2012

Resensi Novel Bukan Salah Bintang Jatuh


Judul Buku : Bukan Salah Bintang Jatuh

Pengarang : Aisha Yuliana
Desain & ilustrasi cover : Dzi Gandara
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Juni 2012
Tebal : 224 + x halaman 20 cm


Sinopsis :

Sahabatku bilang kalau kita melihat bintang jatuh dan mengucapkan permohonan, maka permohonan kita akan terkabul. Saat kebetulan melihat bintang jatuh, aku berniat membuktikannya, dan mengucapkan keinginanku : “Sebuah keluarga untukku...” Dan pada malam sesudahnya,saat bintang jatuh terlihat lagi, aku mengucapkan : “Pacar keren tapi baik hati...”
Punya mama seorang artis ternyata ngga menjamin Melly hidup bahagia. Terutama ketika mamanya meninggal karena depresi dan overdosis. Karena tinggal sebatang kara, Melly pindah ke Surabaya, ke rumah sahabat mamanya, om Wira. Semula Melly tidak betah tinggal disana, apalagi Rio, anak tiri om Wira, sangat cuek pada Melly. Tapi penampilan luar kadang menipu. Rio sebenarnya menaruh hati pada Melly, sayangnya Melly terlanjur suka pada Josh, cowok idola disekolah. Dan disaat Melly menyadari bahwa Rio cowok yang baik, Rio malah menjauhi Melly. Permohonan Melly untuk punya keluarga baru telah terwujud. Apakah permohonannya untuk punya pacar keren tapi baik hati akan terwujud juga?

Ringkasan :
Novel ini menceritakan tentang sebuah keinginan akan terwujud dengan memohon pada bintang jatuh. Mungkin sebagian orang ada yang percaya tapi sebagian lagi mungkin tidak mempercayainya. Melly, adalah salah satu cewek yang menganggap bahwa itu adalah mitos. Berbeda dengan sahabatnya yang bernama Citra, Citra percaya pada mitos itu karena ia pernah meminta keinginan pada saat bintang jatuh. Citra adalah sahabat Melly sewaktu SMP dan sekarang mereka bersekolah di SMA yang sama pula. Di SMA, Citra dan Melly bertemu dengan Raya dan Nadya yang kini menjadi sahabatnya juga. Melly mempunyai pacar bernama Doni, yang sudah dipacarinya sejak SMP. Suatu saat Citra mengatakan sesuatu kepada Melly, “Cobalah berpikir tentang keinginan besar yang belum terwujud dalam hidupmu dan yakinilah kamu akan menyadari kebenaran kata-kataku”. Kata-kata itu selalu membayang-bayangi Melly. Saat itu juga Melly mulai berpikir keinginan apa yang belum ia capai selama ini yang tak lain Melly ingin bersama terus dengan Mamahnya. Mamah Melly yang seorang artis terkenal membuat Melly dan mamahnya jarang bertemu dirumah bahkan jarang ngobrol seperti layaknya keluarga yang utuh. Mamahnya selalu tidak punya waktu untuk memperhatikan Melly. Tetapi ada bik Ijah yang selalu menemani Melly ketika di rumah. Melly juga menganggap kalau bi Ijah itu seperti ibu kandungnya bukan pembantu dirumahnya karena bik Ijah selalu menghibur Melly. Suatu ketika dihari minggu, mamah Melly mengajak Melly jalan-jalan. Melly heran karena tak seperti biasanya mamahnya ada waktu untuknya. Setelah seharian shopping, mereka kembali ke rumah.
Tak lama kemudian hubungan Melly dan Doni putus, keduanya sudah sepakat berpisah secara baik-baik. Disuatu malam, Melly sedang berbaring di kamarnya. Dia melihat bintang jatuh dan melintasi jendela kamernya. Saat itu juga Melly terkejut dan ia mencoba untuk meminta permohonan. Keesokan harinya, Melly menceritakan semuanya kepada Citra. Suatu hari, Melly mengalami mimpi buruk. Mimpi buruk itu menjadi kenyataan setelah Melly mendapat telepon dari om Ferdy yaitu manajer mamahnya bahwa mamahnya sedang kritis dirumah sakit. Saat itu juga Melly memberitahu bik Ijah dan teman-temannya. Sesampainya Melly dirumah sakit, mamahnya sudah meninggal. Melly sangat sedih dan menangis terus-menerus. Tak lama semenjak kepergian mamahnya, ada dept colector dateng ke rumahnya dan menagih hutang-hutang mamahnya selama masih hidup. Saat itu juga Melly tidak punya apa-apa lagi, dia pergi dari rumah mewahnya karena semua barang-barangnya sudah disita. Teman-teman Melly pun ikut membenci Melly kare mereka tahu mamah Melly punya banyak hutang. Akhirnya Melly dipertemukan oleh seseorang  yang menurut om Ferdy adalah papahnya yang bernama om Wira. Ia sekarang tinggal bersama istri dari om Wira dan kedua anaknya di Surabaya. Keluarga om Wira sangat peduli pada Melly. Melly bersekolah di sekolah yang sama dengan anak pertama om Wira yaitu Rio. Rio cuek terhadap Melly. Di sekolah, Melly bertemu dengan Fiona dan Gigi yang sekarang menjadi temannya. Disekolah Melly juga ada cowok yang paling populer, dia bernama Josh. Josh adalah bintang basket yang di gilai banyak cewek. Suatu hari, Josh sedang bermain basket dilapangan sekolah, saat ingin memasukkan bola ke ring, bola itu meleset mengenai Melly yang sedang jalan disekitar lapangan, Melly pun pingsan. Josh langsung membawanya ke UKS. Saat itu juga Josh meminta nomer telepon Melly dengan alasan sewaktu-waktu ingin tahu keadaan kepalanya. Sepertinya Josh mulai tertarik kepada Melly. Ketertarikan Josh pada Melly membuat Fiona bahkan cewek-cewek disekolahnya iri pada Melly yang baru pertama kenal sudah ditaksir oleh Josh. Rio yang sekarang sudah tidak cuek lagi kepada Melly pun sepertinya mulai memperhatikan Melly dan sering menasehati Melly jika Josh mengajak Melly pergi jalan-jalan. Sepertinya Melly mulai teringat lagi akan sosok mamahnya. Dia bermimpi bertemu lagi dengan mamahnya. Dia juga menjual blackberry yang selama ini dipakai untuk berkomunikasi dengan mamahnya. Alasanya karena ia ingin melupakan semua kenangan bersama mamahnya. Rio pun mengantar Melly untuk menjual blackberry nya.
Ketika sudah berada dirumah, Melly menemukan album foto dan buku hariannya waktu dulu, saat itu juga dia kembali teringat mamahnya. Sambil menangis, dia mengingat semua kenangan pada saat masih bersama mamahnya. Dia juga berpikir kalau dia belum bisa membahagiakan mamahnya. Dia menyesal karena terlalu percaya pada bintang jatuh, yang sama sekali tak membuat harapanhya terwujud. Melly juga berpikir, harapan yang dulu pernah ia minta adalah harapan yang salah diterjemahkan oleh bintang jatuh. Saat itu juga Rio dateng untuk menghibur Melly. Melly melontarkan pertanyaan apakah Rio percaya pada bintang jatuh, tapi nyatanya Rio sama sekali tidak percaya dan menyakini kalau itu Cuma mitos. Om Ferdy menemukan buku harian milik mamahnya Melly dan langsung memberikannya kepada Melly. Melly menangis haru saat membacanya. Isi buku harian itu menceritakan kalau mamahnya Melly merasa bersalah dan kasihan melihat Melly yang dari kecil tidak mempunyai sosok seorang ayah. Dan mamahnya pun tidak bisa menjelaskan apapun dan bungkam tentang papahnya. Karena menurutnya dia tidak yakin kalau papahnya akan mengunjungi Melly dan mamahnya. Kalimat-kalimat itu membuat Melly menangis keras. Suatu ketika Melly dan Rio pergi bersama, Rio ternyata memiliki perasaan terhadap Melly. Rio pun mengungkapkan perasaannya itu. Ternyata Melly pun memiliki perasaan yang sama. Tetapi mereka berdua ingin merahasiakan hubungan mereka dari om Wira dan Tante Puspa (mamah dari Rio). Melly pun meminta permohonan lagi yang kedua pada bintang jatuh agar hubungan mereka dapat dirahasiakan dari om Wira dan Tante Puspa. Mereka ingin menunjukkan bahwa keseriusan mereka tidak akan membuat keduanya menelantarkan sekolah. Meski permohonan Melly yang pertama tidak terwujud, Melly berharap bahwa permohonannya yang kedua itu dapat terwujud.
Penilaian :
Novel ini cukup menarik karena ceritanya tentang kisah anak remaja SMA dan mungkin juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi novel ini menggunakan bahasa yang masih baku dan banyak terdapat kata-kata seperti peribahasa yang menurut saya berlebihan. Penggunaan bahasa indonesianya juga tidak baik.  Ceritanya juga sedih, senang, dan ada perasaan kecewanya. Perasaan sedih ketika Melly ditinggalkan oleh mamahnya karna mamahnya meninggal, kecewa ketika Doni, pacar Melly memutuskan hubungannya tanpa alasan yang pasti. Perasaan senang ketika Melly tau kalo banyak orang disekitarnya yang peduli dan sayang padanya. Pesan yang disampaikan yaitu kita tidak harus percaya pada mitos. Karena tidak semua mitos itu benar. Kita boleh memohon sesuatu, tapi jangan terlalu mengharapkan bahwa permohonan kita itu akan terkabul, apalagi gara-gara bintang jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar